
Periode sebelum tahun 1856
Teknologi tradisional
- Zat warna yang digunakan (Indigofera , Morinda Citrifolia, Pelthoppherum Ferriginium, Cudrania Javanensis, Ceriops Condolleana, Aporoso Frustencens)
- Pencelupan 20-30 x celup
- Tanaman wajib di sel utuh Indonesia Nila, Tom (Indigofera) tahun 1828
Periode 1856-1995
- Penemuan zat warna kimia/ sintetis oleh William Henry Perkin.
- Nenek moyang pengrajin batik dan tenun
Meninggalkan zat warna alam
- Pengrajin batik dan tenun menggunakan zat warna kimia/sintetis (Napthol, Rapidogen, Direcht, Indigosol, Procion, Basis, dsb)
- Pencelupan 2-3x celup
- Pencemaran lingkungan limbah berbahaya
Periode 1995-2009
- Pelarangan penggunaan zat warna kimia/sintetis gugus AZO menyebabkan penyakit kanker, berdasarkan konferensi Geneva dan surat kedutaan besar Belanda, bidang perdagangan Internasional No :169/PDG/VI/96-da dan CBI (Centre for developing countries)ref.CBI/HB-3032, 13 Juni 1996.
BBKB, menyempurnakan teknologi tepat guna zat warna alam.
- Pencelupan cukup 2-3x celup.
- Kementrian Perindustrian melalui Dirjen IKM menyelenggarakan Pelatihan Penggunaan ZPA dengan Teknologi Tepat Guna dari Sabang-Merauke (Aceh- Papua).
- Pengakuan oleh UNESCO, Intangible Heritage 2 Oktober 2009
Periode 2009-sekarang
- Issue lingkungan, back to nature
- Industri hijau
- Peluang & tantangan pasar global
- Gerakan Warlami (Warna Alam Indonesia) di seluruh wilayah NKRI terbentuk), tahun 2015 menjadi organisasi berbadan hukum terbentuk Perkumpulan dengan pengurus definitif
- Penyediaan bahan baku berkelanjutan
- Industri zat warna alam tumbuh berkembang sebagai home industri
- Pengembangan desain produk mengikuti pasar Penelitian dan pengembangan tenun ditingkatkan
Sinergi antara pemerintah dunia usaha ,industri dan akademisi.
Sumber:
Warlami, Museum Tekstil Indonesia
Recent Comments